“Would you be..............”
Selasa, 04 Desember 2012
Sore ini pusat
tata surya menampakan cahayanya dengan indah. Perlahan-lahan pusat kehidupan
itu menggelintir ke arah barat. Terlihat seorang perempuan berseragam putih
abu-abu sedang asyik duduk di saung sambil menatap layar monitor yang berada
dipangkuannya tersebut. Entah apa yang dilihatnya.
“La, would you be my girlfriend?” Suara berat
seorang pria telah berhasil mengalihkan pandangan gadis itu dari laptop
dipangkuannya.
“Eh? Apaan
nih?” Gadis itu terlihat bingung melihat seorang pria dihadapannya menyerahkan
sebuah boneka beruang berwarna pink.
“Ummm. I’d like you. Lola, would you be my girlfriend?” Sekali lagi Fadhil mengulang
kalimatnya. Terdengar suaranya bergetar, sepertinya ia grogi.
Lola. Ya,
itulah nama gadis tersebut. Bertubuh mungil dan memiliki kulit berwarna kuning langsat. Pola pikir dan daya
ingatnya kurang baik. Teman-temannya terkadang jengkel bukan main apabila
penyakit Lola muncul.
Hening. Lola
masih diam. Sepertinya dia masih mencoba menyerap kalimat pertanyaan yang
dilontarkan oleh Fadhil. Dengan indra penglihatannya, Lola menatap Fadhil yang
terlihat gemetar mencengkram boneka beruang tersebut. Pink. Haha, semua bertema pink.
Boneka berwarna pink, di kemas
plastik transparan dengan partikel-partikel hati berwarna pink, dan di ikat dengan pita berwarna pink. Tampilan yang sangat apik!
“Hahaha, lo
lagi latihan drama? Sumpah kocaaaaak! Jadi pingin ngakak gueee, Dhil.” Ucap
Lola yang kemudian disusul oleh gelak tawanya.
“La, gue
serius ih!”
“Hahaha, Lola
parah banget sih. Kasian tuh anak orang lo buat gemeter gitu. Cepetan kasih
kepastiaaan.” Terdengar dari jauh suara Aira dan Deni yang terlihat sedang
menggenggam sebuah handycame sambil
tertawa puas.
“Heh, Ra!
Apa-apaan sih tuh handycame?! Ma—”
“Tsk! Yaudahlah La, terserah lo. Di saat
gue serius, lo malah anggap main-main. Nih, bonekanya buat lo. Terserah mau lo
apain tuh boneka.” Fadhil memotong ucapan Lola. Sepertinya ia sudah tak dapat
menahan rasa groginya. Sebelum
melangkahkan kakinya pergi meninggalkan saung itu, terlebih dahulu Fadhil
menghabiskan teh botol yang disediakan oleh Aira. Haha, benar-benar habis!
Namun saat
Fadhil hendak beranjak, lengannya ditahan oleh Lola. “Mau kemana? Gue kan belum
ngasih jawaban ke elo.”
“Percuma, La.
Elo juga gak akan—”
“I do.”
“Hah? You’re seriously?”
*** Little Story ***
Friendship end in relationship. Pasti sudah sering mendengar kalimat
tersebut. Mungkin Fadhil dan Lola sedang berada didalam status tersebut. Yaaa
namanya juga remaja, rasanya kurang lengkap jika tidak mencoba permainan
‘CiMon-CiMonan’.
Apa itu cimon? Gak tau yaaa? Ah, dasar upay!
Kudet! Kamse! Iewh, hahah. Oke, back to
topic. Cimon itu Cinta Monyet, permainan
yang terdiri dari dua ekor monyet—tidak lebih dan tidak kurang—yang saling
jatuh hati. Cieee. Setelah jatuh hati, dua ekor monyet itu menjalin sebuah
hubungan. Namun seiring berjalannya waktu, mereka putus. Semenjak putus, dua
monyet tersebut saling perang kalimat..... “Heh, monyet lo!”, “Elo tuh yang
monyet!”, “Iya emang gue monyet. Lo juga monyet kan?!”, “Iya gue juga monyet.
Cie samaan, mungkin kita jodoh. Jadian yuk, nyet!”, “Ayo!”..... Akhirnya
merekapun kembali bersatu. Oke, ini absurd.
Ya kurang lebih pengertiannya seperti itu.
Kalau ditanya,
fase apa yang paling seru? Pasti
sebagian besar akan menjawab, SMA. Kenapa? Yaaa you know laaah. Di SMA, semua klop
jadi satu paket. Yang tadinya sahabatan terus jadi pacaran? Ada. Yang tadinya
benci terus jadi cinta? Ada. Yang tadinya baby-babyan
terus pas putus jadi babi-babian? Ada. Yang galau gara-gara ditolak gebetan?
Ada. Yang galau gara-gara di PHPin? Ada. Yang jadi PHO? Ada. Yang naksir akut
sama senior? Ada. Uhuk, ADA BANGET malah! Yang naksir sama junior? Ada. Yang
aus yang ausss... Yooo dibeli mijonnya, prutangnya, ponoriswetnya. Lah, jadi
jualan. Oke, ini absurd banget-_-
*** Little Story ***
“I think, we
must..............”
Kamis, 21 Maret 2013
Sudah berjalan
tiga bulan lebih Fadhil dan Lola terikat dalam status relationship. Tentunya tidak berjalan mulus-mulus saja. Pasti ada
lika-liku dan hambatannya. Mulai dari saling cemburu, saling curiga, dan tidak
percaya satu sama lain. Yaaa namanya juga pacaran, rasanya kurang lengkap jika
tidak ada bumbu-bumbu tersebut.
Masalah baru
mulai muncul kembali terhitung sejak tanggal 18 maret 2013, pada saat itu
siswa-siswi tengah menghadapi Ujian Tengah Semester. Sistem tempat duduk kali
ini diatur sebagaimana junior dipasangkan dengan senior. Kebetulan pada saat
itu Lola duduk dengan senior pria yang notabenenya
welcome—mudah bersosialisasi dengan
orang baru dan cerewet. Dio namanya.
Semakin hari
Dio dan Lola semakin dekat. Selalu ada saja topik pembicaraan yang mereka
bicarakan. Tak heran jika teman-teman Lola merasa iri dengannya. Namun kedekatan
Dio dan Lola menimbulkan emosi dalam diri Fadhil.
Emosi memuncak
tepat pada tanggal 21 maret 2013. Ujian Tengah Semester pada hari kamis
tersebut telah selesai. Terlihat Lola sedang berdiri didepan mading sambil
menjinjing tempat makan tupperware
berwarna hijaunya. Sesaat kemudian ia berbalik badan dan melihat dua orang
murid berkejar-kejaran ditengah lapangan. Selain itu, disudut lapangan—dibawah
pohon belimbing—terlihat segerombolan siswi yang sedang tertawa centil. Cih! Entah
apa yang sedang mereka bicarakan.
“La, ada yang
mau gue omongin.” Tiba-tiba suara seorang pria berhasil memecahkan lamunan Lola
akan siswi-siswi disudut lapangan tersebut.
Lola hanya
melirik kepada si-empunya suara itu. Tidak
ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mungilnya.
“La...”
“..........” Masih
hening. Pandangannya masih tertuju pada segerombolan siswi yang berada disudut
lapangan tersebut.
“LOLA! YOU CAN
HEAR ME?! PLEASE!” Beruntungnya saat itu kooridor sedang sepi, ketika Fadhil
meninggikan volume suaranya.
Gadis tersebut
mencoba menguasai diri agar tidak kalut. Ia menggenggam erat kotak bekal yang
berada ditangan kanannya. Tetap stay cool—melihat
dingin ke arah pria dihadapannya. “Gue denger. Gue belum TULI!”
Tiga menit
berlalu. Mereka berdua sama-sama terdiam. Berusaha mengontrol diri
masing-masing.
“La, I think...
Sorry, I think we must stopped in here. We must break-up.” Kali ini suara
Fadhil terdengar lebih lunak.
“It’s ok!” Dengan cepat, Lola menjawab
kalimat tersebut dengan sambutan seutas seringai lebar disudut bibirnya.
“Apa ada
sesuatu yang mau lo jelasin ke gue?” Tanya Fadhil, dengan nada yang masih
melunak.
“Gak ada.
Percuma. Apa yang mau gue jelasin? Toh,
selama ini elo lebih percaya sama omongan temen-temen lo kan? Makasih. Semoga kedepannya
lo jauh lebih baik. Semoga elo... gak jadi orang bodoh yang mudah percaya
dengan hasutan orang-orang yang ada disekeliling lo.” Ucap Lola panjang lebar.
“Sorry, La. Thanks alot for all. Three—”
Ucapan Fadhil
terpotong saat tiba-tiba ada yang menepuk pundak Lola. “De, jadi pulang bareng
kan? Come on!” Yap, tidak lain itu
adalah Dio. Haha, senior yang duduk dengan Lola.
Lola tampak
tersontak. Tertawa lebar ke arah Dio, kemudian menganggukkan kepalanya. “Ummm...
Dhil, gue duluan ya.” Ucapnya singkat, sebelum melangkahkan kakinya dari
hadapan Fadhil.
Pria tersebut
terenyah ditempatnya ia berdiri
sekarang. Sedangkan Dio dan Lola berjalan menuju tempat parkir. Melewati beberapa
ruang kelas. Dan terdengar tawa ringan mereka. Entahlah apa yang menjadi bahan
tawaan mereka.
*** Little Story ***
Yaelah, serius
banget? Yaaa namanya juga anak SMA, gak usah serius-seriusan lah yaaa. Nikmatin
aja dulu masa-masanya. Kalo mau serius mah, ke KUA ajeee sonoh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar